Tarot (2024) : Kutukan Ramalan Zodiak

Aku baru saja menonton film horor dengan judul TAROT (2024). Konsep cerita film ini menarik sih menurutku, karena menghadirkan kutukan dari ramalan kartu tarot usang. Sekelompok pemuda yang awalnya hanya ingin bersenang-senang dengan bermain ramalan kartu tersebut, akhirnya harus menanggung akibatnya. Satu per satu dari mereka pun harus mati dengan cara yang sesuai dengan ramalan zodiak mereka. Plot seperti ini jadi mengingatkanku pada film franchise Final Destination atau film Countdown dan sejenisnya. Namun yang membedakan, mereka terbunuh oleh entitas yang sama rupanya dengan gambar yang ada di kartu tarot tersebut.

source: Amazon.com


Lalu, mengapa film ini mendapatkan rating yang kurang bagus?

Sebagai film horor terbaru di tahun 2024 ini, sensasi seram yang diberikan bergantung pada jumpscare dari entitas yang muncul. Gaya penceritaan pun belum memberikan sesuatu yang baru, sehingga terkesan hampir sama dengan film-film pendahulunya yang sudah ada. Maka tak heran, para penonton mungkin sudah bisa menebak bagaimana ending-nya. Plot twist dari salah satu tokoh bernama Paxton (Jacob Batalon) yang dikira sudah terbunuh ternyata juga kurang mampu membangkitkan gairah keterkejutan. 

Adanya motif balas dendam dari ahli nujum yang membuat kutukan pada kartu tarot tersebut juga menjadi hal yang klise dalam film ini. Apalagi, bagian klimaks dalam film ini juga terkesan biasa saja dengan membalikan kutukan pada roh sang ahli nujum dan berakhir dengan cepat. Film pun ditutup dengan ketiga tokoh yang masih hidup, yaitu Haley, Grant, dan Paxton yang akhirnya pulang dengan kurangnya raut wajah penyesalan, padahal teman-teman mereka telah mati. Ambience-nya kurang tepat kalau mereka pulang dengan perasaan ya udah gitu doang udah menang, berbeda kalau kita habis bertemu dengan anaconda secara tidak sengaja.

Dalam film Anaconda, beberapa tokoh memang ada yang selamat dan mati. Namun, pertarungan mereka untuk menyelamatkan diri dari menu santap siang anaconda merupakan hal yang manusiawi. Ditambah lagi, biasanya di antara mereka ada villain yang menimbulkan konflik. Kalau akhirnya film ditutup dengan rasa puas karena berhasil mengalahkan anaconda dan membuat villain terbunuh, rasanya bukan hal yang patut kita pertanyakan. Sementara, dalam film Tarot ini, mereka memang tak sengaja memainkan kartu-kartu tersebut, ada yang mati dan berusaha untuk mematahkan kutukannya. Namun, tokoh digambarkan tak terlalu lelah secara fisik dan mental setelahnya. Malah, ditutup dengan memberikan bumbu humor yang membuat film jadi terkesan konyol dan doesn't make sense, padahal di awal suasana mencekam sudah dibangun dengan begitu baik.   

Mungkin itu sih yang aku rasakan selama menonton film ini. Tapi, tak ada salahnya buat kalian yang belum menonton bisa menjadikannya salah satu film horor dalam watchlist-mu. 

Oke sekian dariku. Maaf sebelumnya karena mempermasalahkan logika dan moralitas di akhir film, karena menurutku kurang pas saja kalau tiba-tiba ada unsur komedi. Semoga kalian paham maksudku. Hehehe....

Terima kasih sudah mampir dan membaca.

Salam Dilemmaphobia :)

You Might Also Like

0 comments